Rabu, Januari 21, 2009

Konsep Diri (Ibu Ade Irma Sholihah -Dosen FDK)

Pada dasarnya, masalah-masalah rumit yang dialami manusia, seringkali dan bahkan hampir semua, sebenarnya berasal dari dalam diri. Kita seringkali tanpa sadar menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan berpikir dan menilai, manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain – dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu objektif. Dari situlah muncul problem seperti inferioritas, kurang percaya diri dan hobi mrngkritik diri sendiri.Secara umum konsep diri dapat didefinisikan sebagai keyakinan pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri adalah tentang apa saja yang kita “fikirkan” dan kita “rasakan” tentang diri kita. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pembelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
Konsep Diri Positif: Kunci Keberhasilan
HidupPerkembangan zaman yang sangat pesat membuat persaingan hidup semakin meningkat. Para orangtua saat ini berlomba-lomba untuk memberikan bakal pendidikan, yang dipercayai sebagai bekal terbaik bagi anak yaitu pendidikan. Asumsi orangtua pada umumnya adalah semakin tinggi level pendidikan formal maka akan semakin terjamin masa depan anaknya. Benarkah?
Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu melihat disekeliling kita. Berapa jumlah sarjana yang “nganggur”? Berapa jumlah lulusan luar negeri, yang pulang ke Indonesia, tidak bisa bekerja atau tidak berhasil? Berapa banyak yang lulus cum laude namun prestasi hidupnya biasa-biasa saja? Sebaliknya ada banyak orang yang prestasi akademiknya biasa-biasa saja namun prestasi hidupnya sangat luar biasa. Jadi, sebenarnya prestasi akademik bukan merupakan jaminan keberhasilan hidup.
Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Dr. Eli Ginzberg beserta timnya menemukan satu hasil yang mencengangkan. Penelitian ini melibatkan 342 subyek penelitian yang merupakan lulusan dari berbagai disiplin ilmu. Para subyek ini adalah mahasiswa yang berhasil mendapatkan beasiswa dari Colombia University. Dr. Ginzberg dan timnya meneliti seberapa sukses 342 mahasiswa itu dalam hidup mereka, lima belas tahun setelah mereka menyelesaikan studi mereka. Hasil penelitian yang benar-benar mengejutkan para peneliti itu adalah:Mereka yang lulus dengan mendapat penghargaan (predikat memuaskan, cum laude atau summa cum laude), mereka yang mendapatkan penghargaan atas prestasi akademiknya, mereka yang berhasil masuk dalam Phi Beta Kappa ternyata cenderung berprestasi biasa-biasa.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keberhasilan kademik dan keberhasilan hidup. Lalu faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan hidup manusia?Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positif. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system yang menjalankan sesuatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras computer dan program yang diinstall, apabila system operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka computer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia.
Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan computer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-install akan masuk dipikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya.Lalu, bagaimana konsep diri itu terbentuk?Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak masih kecil. Masa kritis pembentukan konsep diri adalah saat anak masuk di sekolah dasar. Glasser, seorang pakar pendidikan dari Amerika, menyatakan bahwa lima tahun pertama di SD akanmenentukan “nasib” anak selanjutnya. Seringkali proses pendidikan yang salah, saat di SD, berakibat pada rusaknya konsep diri anak.
Kita dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya. Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal yang baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diriberharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.
Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orangtua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orangtua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, sering kali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya: suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan dan menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah dan sebagainya- dianggap sebagai hukuman akikbat kekuangan, kesalahan ataupun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.

Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah seklai berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirnya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.Faktor yang Mempengaruhi Konsep DiriDiantara faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang adalah:

  • Pola asuh orangtua

Pola asuh orangtua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orangtua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orangtua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada pada dirinya sehingga orangtua tidak sayang.

  • Kegagalan

Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

  • Depresi

Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara nagatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi super sensitive dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang.

  • Kritik internal

Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk meyadarkanseseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.Merubah Konsep DiriBerpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri seringkali menyebabkan persoalan bertambah rumit. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih positif.

Beberapa langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif:

  • Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri

Jangan abaikan pengalaman positif ataupun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way…

  • Hargailah diri sendiri

Tidak ada orang lain yang lebih menghagai diri kita sendiri selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal yang ada dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita?

  • Janganlah memusuhi diri sendiri

Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.

  • Berpikir positif

We are what we think. Berpikir positif terhadap diri dan orang lain/sesuatu yang ada dihadapan kita akan mengantarkan kita pada suatu kondisi yang nyaman. Ketika kita berpikir bahwa kita termasuk orang yang tidak bisa, maka potensi yang dimiliki tidak akan muncul. Tetapi ketika kita berpikir bahwa kita bisa menjadi (misalnya) orang yang sukses, maka potensi positif akan muncul untuk mengantarkan kesuksessan. Dalam kaitannya dengan orang lain, seringkali kita memberikan penilaian terlalu dini sebelum kita sendiri belum kenal betul terhadap apa yang kita beri nilai tersebut. Akibatnya, konflik sosialpun terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar