Rabu, Januari 21, 2009

Incest Pada Anak & Intervensi Psikologisnya (Pizaro)

Menurut Peter E. Nathan dan Sandra L. Harris, Incest adalah hubungan seks antara pria dan wanita saudara sekandung. Secara legal mereka tidak pantas melkukan perbuatan tersebut, namun insting seksual terkadang tidak mengenal relasi sedarah.
Dampak Incest
Dalam buku “Strategis For Counseling With Childern and their Parents” –Kempe (1980) menemukan bahwa para ayah yang melakukan Incest, cenderung menjadi pribadi introvert dalam kehidupan social. Catatan menarik dikemukakan bahwa seorang anak yang menjadi korban Incest, ketika dia menjadi ayah mempunyai kemungkinan untuk menuntaskan “dendam” dengan anaknya lagi.
Goode cenderung satu suara bahwa anak perempuan korban Incest memang menimbulkan masalah tertentu dalam kehidupan social, karena statusnya yang membingungkan. Di satu sisi dia menjadi ibu, namun di sisi lain ia tetap seorang anak. Lantas bagaimana status anak mereka? Karena kakek si anak juga menjadi ayahnya. Jika dikatakan pernikahan adalah solusi, Goode justru sebaliknya. Kenyataannya, pernikahan tidak akan memecahkan masalah, namun hanya membuat keadaan menjadi lebih buruk.
O’brien (1983) seperti disarikan Levine dan Salle menyatakan jika penggunaan anak-anak dalam rangsangan seksual, apakah melalui pornografi, kekerasan, atau Incest mengakibatkan jiwa anak berada dalam tujuh hal penting:
  • Psikologis; pengenalan aktivitas seksual yang cepat akan memotong perkembangan masa kanak-kanak yang seharusnya. Anak-anak tidak mempunyai perasaan emosional yang tegar dalam megasosiasikan seks.
  • Harga diri yang rendah; kekerasan seksual akan membuat anak menarik diri dari teman-temannya karena aib.
  • Eksploitas; anak-anak akan menjadi lading pemuas kebutuhan oleh orang dewasa. Menjadi mudah terancam, karena anak-anak mengandalkan orang-orang dewasa, maka anak-anak mudah terancam. Penggunaan anak secara seksual menciptakan tekanan yang lebih dan kecemasan. Karenanya anak mulai menginteprestasikan ketergantungan sebagai suatu hal yang membahayakan. Pandangan tentang seksualitas terdistorsi, meskipun beberapa anak tidak menyadari aib ini sampai usia dewasa. Kekerasan seksual akan menimbulakan cara pendang anak yang negatifdalam hubungan seksual. Privasi anak, jika polisi atau praktisi anak tidak melakukan perlindungan, anak-anak korban Incest sangat rentan untuk diekspos dalam majalah atau film porno.
  • Distorsi perkembangan moral. Perkembangan moral tentang betul dan salah berkembang pada waktu anak menjadi korban kekerasan pada waktu anak menjadi korban kekerasan seksual. Banyak kasus Incest yang terjadi dalam keluarga yang sholeh, disiplin, teguh menciptakan nuansa munafik dan bingung pada diri korban tentang aturan yang sebenarnya.

Intervensi Psikologis
Jan Osborn dalam buku The Impact of Violence The Family: Treatment Approaches for Therapists and Other Profesionals (Massachusets) menilai bahwa agama menjadi coping psikologis yang efektif terhadap korban Incest.Kita sering melihat seperti Incest, sejenak ingin melepaskan tali kekang pikiran negative dengan suasana riang gembira. Karenanya pendekatan terapi bermain amat diperlukan, namun ada baiknya anak erlu diikutsertakan secara aktif dalam terapi bermain. Seperti permainan dengan memakai media boneka, usahakan anak memainkan suatu peran. Dengan begini diharapkan konselor atau terapis yang energik, humoris, hangat terhadap anak, dan mengerti psikologis anak.Selain itu, intervensi psikologis yang juga menarik digulirkan adalah tekhnik-teknik dramatic seperti psikodrama. Dalam buku Psikologi Humanistik dalam Konteks Sosial, Budaya dan Sejarah yang ditulis oleh Helen Graham, Jacob Moreno, pengembang psikodrama, berpendapat bahwa dengan tekhnik dramatic, manusia dapat berusaha menciptakan atau menciptakan kembal suasana fisik dan emosional yang dikehendaki. Berdasarkan buku. Dan yang mesti dipahami adalah bahwa keaktifan dalam psikodrama tidak juga dimonopoli oleh konselor atau terapis, tetapi juga anak. Apakah anak korban Incest bisa memainkan peran dalam psikodrama? Oh ya kenapa tidak…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar